Wednesday, October 3, 2018

Tindakan Bank Indonesia terhadap Inflasi



Tindakan Bank Indonesia (BI) sebagai pelaksana kebijakan moneter dalam mengatasi inflasi

Ada beberapa tindakan BI dalam mengatasi inflasi:
  • Operasi/ Politik Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
  • Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
  • Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
  • Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.

Faktor utama yang menyebabkan timbulnya perdagangan internasional

Setiap negara dalam kehidupan di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negara-negara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar negara atau yang lebih dikenal dengan istilah perdagangan internasional. Ada beberapa yang menyebabkan terjadinya perdagangan antar negara (perdagangan internasional) antara lain :

1.      Revolusi Informasi dan Transportasi
Ditandai dengan berkembangnya era informasi teknologi, pemakaian sistem berbasis komputer serta kemajuan dalam bidang informasi, penggunaan satelit serta digitalisasi pemrosesan data, berkembangnya peralatan komunikasi serta masih banyak lagi.

2.      Interdependensi Kebutuhan
Masing-masing negara memiliki keunggulan serta kelebihan di masing-masing aspek, bisa di tinjau dari sumber daya alam, manusia, serta teknologi. Kesemuanya itu akan berdampak pada ketergantungan antara negara yang satu dengan yang lainnya.

3.      Liberalisasi Ekonomi
Kebebasan dalam melakukan transaksi serta melakukan kerjasama memiliki implikasi bahwa masing-masing negara akan mencari peluang dengan berinteraksi melalui perdagangan antar negara.

4.      Asas Keunggulan Komparatif
Keunikan suatu negara tercermin dari apa yang dimiliki oleh negara tersebut yang tidak dimiliki oleh negara lain. Hal ini akan membuat negara memiliki keunggulan yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan bagi negara tersebut.

5.      Kebutuhan Devisa
Perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan akan devisa suatu negara. Dalam memenuhi segala kebutuhannya setiap negara harus memiliki cadangan devisa yang digunakan dalammelakukan pembangunan, salah satu sumber devisa adalah pemasukan dari perdagangan internasional.

6.      Perbedaan sumber daya alam yang dimiliki : Sumber daya alam yang dimiliki masing-masing negara berbeda. Jarang sekali suatu negara dapat memenuhi seluruh kebutuhannya dengan sumber daya alam yang dimilikinya. Oleh karena itu masing-masing negara harus melakukan pertukaran.

7.      Efisiensi (penghematan biaya produksi) : dengan adanya perdagangan internasional suatu negara dapat memasarkan hasil produksinya pada banyak negara. Negara tersebut berproduksi dalam jumlah besar sehingga dapat menurunkan biaya produksi. Barang yang diproduksi dalam jumlah besar akan lebih murah daripada barang yang diproduksi dalam jumlah kecil.

8.      Tingkat teknologi yang digunakan : Beberapa negara yang telah menggunakan teknologi lebih modern dapat memproduksi barang dengan harga lebih murah daripada yang menggunakan teknologi sederhana. Sebagai conto indonesia mengimpor mobil dari jepang karena jepang telah maju dalam teknologi pembuatan mobil

9.      Selera : Indonesia mengimpor buah apel dari Amerika Serikat padahalbuah apel dapat dihasilkan di dalam negeri. Buah apel dari Amerika Serikat menurut sebagian orang lebih mengundang selera dibandingkan buah apel lokal.

Faktor yang juga berpengaruh terhadap perdagangan internasional adalah faktor sosial, budaya, politik, dan pertahanan keamanan (hankam).

Ciri Ciri suatu negara yang telah berhasil membangun negara jika dilihat dari?

1.      Kesejahteraan dan Kemakmuran: Negara yang telah mengeksplorasi sumber daya alam (SDA) dan juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan pendapatan rakyat guna mencapai kesejahteraan dan kemakmuran. contoh : pelatihan tenaga siap kerja.

2.      Pengaturan dan Ketertiban: Negara yang mempunyai peraturan (UU) dan peraturan-peraturan lainnya untuk menjalankannya agar terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Contoh : UU tentang Tindak Pidana Korupsi.

3.      Peningkatan kualitas hidup: Negara yang telah berhasil pastinya memiliki penduduk yang berhasil pula melalui kinerja pemerintahan Negara yang menjalankan fungsi Negaranya dengan baik. Dengan begitu terjadilah peningkatan kualitas hidup yang lebih tinggi. Contoh: pendapatan perkapita negara yang tinggi.

4.      Keadilan: Dapat menegakkan hukum secara tegas dan tanpa adanya unsur kepentingan tertentu. Setiap warga negara harus dipandang sama di depan hukum. Contoh : Penegakkan hukum melalui lembaga peradilan.

5.      Pertahanan dan Keamanan (Hankam): Negara yang berhasil pastinya dapat melindungi rakyat, wilayah serta pemerintahan dari ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. serta menjamin keamanan. ketika negara tidak bisa menghadirkan keamanan, maka kemakmuran dan fungsi sosial sudah pasti ikut runyam. Contoh : Penjagaan perbatasan yang intensif oleh TNI

Benarkah inflasi selalu merugikan?

Saya akan membahas terlebih dahulu apa itu inflasi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.

Menurut saya inflasi tidak selalu merugikan ada beberapa pihak yang justru malah mendapat keuntungan dari inflasi tersebut yaitu:

·         Para spekulan, yaitu orang-orang atau badan usaha yang mengadakan spekulasi, dengan cara menimbun barang sebanyak-banyaknya sebelum terjadinya inflasi dan menjualnya kembali pada saat inflasi terjadi, sehingga terjadinya kenaikan harga sangat menguntungkan mereka

·         Para peminjam, karena pinjaman telah diambil sebelum harga barang-barang naik, sehingga nilai riil-nya lebih tinggi daripada sesudah inflasi terjadi, tetapi peminjam membayar kembali tetap sesuai dengan perjanjian yang dibuat sebelum terjadi inflasi. Misalnya, para pengambil kredit KPR BTN sebelum inflasi yang mengakibatkan harga bahan bangunan dan rumah KPR BTN naik, sedangkan jumlah angsuran yang harus dibayar kepada BTN tetap tidak ikut dinaikkan.

·         Para pedagang, yang dengan terjadinya inflasi menggunakan kesempatan memainkan harga barang. Cara yang dipakai adalah dengan menaikkan harga, karena ingin mendapatkan laba/keuntungan yang besar.

·         Para pengusaha, yang pada saat sebelum terjadinya inflasi, mereka telah memiliki stock/persediaan produksi barang yang siap dijual dalam jumlah besar.


Tetapi banyak juga pihak yang merugi karna terjadinya inflasi, pihak pihak yang diuntungkan sudah mempersiapkan diri bila terjadi inflasi, jika terjadi inflasi para pihak yang di untungkan tidak panik untuk mengatasinya justru pihak pihak tersebut mendapatkan keuntungan dari inflasi tersebut



Semoga bermanfaat :)





Sumber-Sumber:

Tentang Metode dan Tabel Simplex



METODE dan TABEL SIMPLEX

Mengubah bentuk baku model LP ke dalam bentuk tabel akan memudahkan proses perhitungan simplex. Langkah-langkah perhitungan dalam algoritma simplex adalah :

1.      Berdasarkan bentuk baku, tentukan solusi awal (initial basic feaseble solution) dengan menetapkan m – n variabel non basis sama dengan nol.
2.      Pilih sebuah entering variable diantara yang sedang menjadi variabel non basis, yang jika dinaikkan diatas nol, dapat memperbaiki nilai fungsi tujuan. Jika tidak ada, berhenti, berarti solusi sudah optimal. Jika tidak, melangkah ke langkah 3.
3.      Pilih sebuah leaving variable diantara yang sedang menjadi variabel basis yang harus menjadi non basis (nilainya menjadi nol) ketika entering variable menjadi variabel basis.
4.      Tentukan solusi yang baru dengan membuat entering variable dan leaving variable menjadi non basis. Kembali ke langkah 2.

Contoh :

Maksimumkan  Z =     3X1 + 2X2

dengan syarat :            X1 + X2 ≤ 15
2X1 + X2 ≤ 28
X1 + 2X2 ≤ 20
X1 , X2 ≥ 0

Bentuk Baku model LP diatas adalah :

Z - 3X1 - 2X2 - 0S1 - 0S2 - 0S3 = 0 (Persamaan tujuan)

X1 + X2 + S1 = 15 (Persamaan kendala)
2X1 + X2 + S2 = 28  (Persamaan kendala)
X1 + 2X2 + S3 = 20 (Persamaan kendala)

Lihat kembali langkah nomor 1, solusi awal ditentukan dari persamaan kendala dengan menetapkan 2 (dua) (= 5 – 3) variabel sama dengan nol, yang akan memberikan solusi yang unik dan layak. Dengan menetapkan X1 = 0 dan X2 = 0, diperoleh S1 = 15, S2 = 28, S3 = 20. Pada saat ini nilai Z = 0, kita dapat merangkum informasi diatas ke dalam bentuk tabel simplex awal seperti berikut :

Informasi pada tabel dibaca seperti berikut :

1.      Kolom basis menunjukkan variabel yang sedang menjadi basis yaitu S1, S2, S3, yang nilainya diberikan pada kolom solusi (NK).
2.      Secara tidak langsung mengatakan bahwa variabel non basis X1 dan X2 (yang tidak ditunjukkan pada kolom basis) sama dengan nol.
3.      Nilai fungsi tujuan adalah Z - ((3 x 0) + (2 x 0) + (0 x 15) + (0 x 28) + (0 x 20)) = 0, seperti terlihat pada kolom NK.

Kapan solusi telah optimum ?

1.      Dengan memeriksa persamaan Z, terlihat bahwa variabel non basis yaitu X1 dan X2, keduanya memiliki koefisien negatif, yang berarti mempunyai koefisien negative pada fungsi tujuan yang asli.
2.      Karena tujuan kita adalah masalah maksimasi, maka nilai Z dapat diperbaiki dengan meningkatkan X1 dan X2 menjadi lebih besar dari nol. Yang diutamakan untuk dipilih adalah variabel yang memiliki nilai negatif terbesar.
3.      Ringkasnya, optimality condition metode simplex menyatakan bahwa dalam kasus maksimasi, jika variabel non basis memiliki koefisien non negatif pada persamaan Z, maka solusi optimum telah tercapai. Jika tidak, variabel non basis dengan koefisien negatif terbesar dipilih sebagai entering variabel.

Penerapan optimality condition pada tabel simplex awal contoh diatas adalah :

1.      Pilih X1 sebagai entering variabel. Kemudian leaving variabel harus salah satu dari variabel basis S1 , S2 , S3.
2.      Penentuan leaving variabel dilakukan dengan menggunakan feasibility condition yang menyatakan bahwa untuk masalah maksimasi maupun minimasi, leaving variabel adalah variabel basis yang memiliki rasio terkecil antara sisi kanan (NK) persamaan kendala dengan koefisien bersangkutan yang positip pada entering variabel.
3.      Rasio dalam tabel simplex dapat dicari dengan cara :
a.       Coret semua elemen pada persamaan kendala dibawah entering variabel.
b.      Tidak termasuk persamaan tujuan, buat rasio antara sisi kanan dengan elemen yang dicoret dibawah entering variabel.
c.       Leaving variabel adalah variabel basis yang memiliki rasio terkecil.
d.      Kolom pada entering variabel dinamakan entering coulumn dan variabel basis yang berhubungan dengan leaving variabel dinamakan pivot equation.
e.       Elemen pada perpotongan entering coulumn dengan pivot equation dinamakan pivot elemen.


New Basic Solution ditentukan dengan menerapkan metode Gauss Jordan melalui perhitungan berikut :
1.      new pivot equation = old pivot equation : pivot element
untuk semua persamaan yang lain termasuk persamaan Z
2.      new equation = old equation – (entering colomn coef. x new pivot equation)

Perhitungan pertama menghasilkan pivot elemen sama dengan 1 pada pivot equation
yang baru, seperti ditunjukkan pada tabel berikut :
Perhatikan bahwa kolom solusi menghasilkan nilai baru X1 = 14, yang sama dengan
rasio minimum pada feasibility condition. Tabel solusi baru yang diperbaiki dapat dibuat
dengan melakukan perhitungan jenis kedua metode Gauss Jordan, kecuali baris X1
yang telah menjadi new pivot equation.




Tabel baru yang lengkap untuk iterasi pertama adalah sebagai berikut :



Solusi yang baru memberikan nilai X1 = 14 dan X2 = 0. Nilai Z naik dari 0 menjadi 42.
Berdasarkan tabel iterasi pertama, solusi tabel belum dapat dinyatakan optimal
karena variabel non basis masih memiliki nilai negatif, maka optimality condition
memilih X2 sebagai entering variabel karena koefisien pada persamaan Z sebesar -1/2.
Feasibility condition menunjukkan bahwa S1 sebagai leaving variabel karena memiliki
rasio terkecil (2)

Perhitungan pertama menghasilkan pivot elemen : 2 x ½ = 1 pada pivot equation yang
baru dan memperbaiki nili fungsi tujuan sebasar 1 (satu) seperti ditunjukkan pada tabel
berikut :

Kolom solusi menghasilkan nilai baru X2 = 2, yang sama dengan rasio minimum pada
feasibility condition. Tabel solusi baru yang diperbaiki dapat dibuat dengan melakukan
perhitungan jenis kedua metode Gauss Jordan, kecuali baris X2 yang telah menjadi
new pivot equation.
 



Tabel baru yang lengkap untuk iterasi kedua dan merupakan tabel optimum adalah
sebagai berikut :



Solusi baru memberikan nilai X1 = 13 dan X2 = 2, sedangkan nilai Z = 43, dan ada sisa
sumber daya yang ditunjukkan pada kendala (3) tiga. Tabel simplex iterasi kedua dapat
dinyatakan optimum karena variabel non basis yang ada pada koefisien fungsi tujuan Z
sudah tidak memiliki nilai negatif. Hal ini merupakan perhitungan metode simplex yang
lengkap.

MASALAH MINIMASI

Dalam masalah maksimasi, biasanya memiliki kendala pertidaksamaan jenis ≤.
Sekarang akan dijelaskan proses simplex untuk suatu masalah minimasi yang biasanya
memiliki kendala pertidaksamaan jenis ≥. Masalah minimasi menggunakan langkahlangkah
yang sama seperti pada masalah maksimasi, namun ada beberapa
penyesuaian yang harus dibuat. Bagi kendala pertidaksamaan jenis ≤ maka variabel
slack ditambahkan untuk menghabiskan sumber daya yang digunakan dalam kendala.
Cara ini tidak dapat diterapkan pada kendala pertidaksamaan jenis ≥ dan kendala
persamaan (=).

Contoh :

Minimumkan Z =        - 3X1 + X2 + X3

dengan syarat :            X1 - 2X2 + X3 ≤ 11
- 4X1 + X2 + 2X3 ≥ 3
2X1 - X3 = -1
X1 , X2 , X3 ≥ 0

Persamaan pada kendala ke tiga harus dirubah agar memiliki nilai kanan positip
dengan cara dikalikan (-1), sehingga menjadi :

- 2X1 + X3 = 1

Persamaannya berubah menjadi :

Minimumkan  Z =       - 3X1 + X2 + X3

dengan syarat :            X1 - 2X2 + X3 ≤ 11
- 4X1 + X2 + 2X3 ≥ 3
- 2X1 + X3 = 1
X1 , X2 , X3 ≥ 0

Bentuk baku diperoleh dengan menambahkan variabel slack pada kendala pertama,
mengurangkan variabel surplus pada kendala kedua. Sehingga diperoleh :

Z + 3X1 - X2 - X3 - 0S1 - 0S2 = 0 (Persamaan tujuan)

X1 - 2X2 + X3 + S1 = 11
- 4X1 + X2 + 2X3 - S2 = 3             (Persamaan kendala)
- 2X1 + X3 = 1

Istilah variabel slack dan variabel surplus adalah berbeda dimana slack ditambahkan
dan mencerminkan sumber daya yang tak terpakai, sementara surplus dikurangkan dan
menunjukkan suatu kelebihan atas keperluannya, tetapi keduanya diberikan notasi
serupa, yaitu S.

Kebutuhan utama metode simplex adalah solusi awal layak (initial basic solution).
Tanpa ini maka tabel simplex tidak dapat dibuat. Dari masalah diatas, terdapat tiga (3)
persamaan dan lima (5) variabel tak diketahui, yang berarti bahwa 2 variabel harus
menjadi non basis (nilainya = 0) pada setiap solusi. Tak seperti kasus dimana terdapat
variabel slack pada setiap persamaan, disini kita dapat menjamin bahwa dengan
menetapkan suatu variabel sama dengan nol, variabel basis yang dihasilkan akan non
negatif (berarti diperoleh solusi layak). Ada dua pendekatan untuk mendapatkan suatu
solusi awal layak, yaitu :

A.    Coba-coba

Disini suatu variabel basis dipilih secara sembarang untuk setiap kendala. Jika
dihasilkan suatu solusi layak (nilai variabel basis pada kolom solusi non negatif), maka
metode simplex dapat dimulai. Bisa jadi, nilai variabel basis pada kolom solusi adalah
negatif, maka solusi yang diperoleh tak layak (melanggar kendala non negatif) dan
metode simplex tidak dapat dimulai. Meskipun, coba-coba dapat diulangi lagi sampai
diperoleh solusi awal layak, metode ini jelas tidak efisien.

B.     Menggunakan Artifisal Variabel

Gagasan menggunakan artifisial variabel sangat sederhana. Tambahkan suatu artifisial
variabel pada sisi kiri setiap persamaan variabel basis. Dinamakan variabel artifisial
(sebagai lawan dari “real decision variable”) karena ia tidak memiliki arti nyata.Artifisial
digunakan hanya untuk memulai penyelesaian dan pada urutan selanjutnya mereka
harus dijadikan nol pada solusi akhir, jika tidak, maka solusi yang dihasilkan akan
menjadi tak layak.

Pada bentuk baku contoh minimasi diatas, variabel slack pada persamaan kendala
pertama adalah variabel basis. Karena pada persamaan kedua dan ketiga tidak ada
variabel slack (variabel basis), maka perlu ditambahkan variabel artifisial A1 dan A2
pada masing-masing kendala tersebut. Untuk tetap menjamin bentuk baku, A1 dan A2
dibatasi pada nilai non negatif. Sehingga diperoleh artificial system seperti :
X1 - 2X2 + X3 + S1 = 11
-          4X1 + X2 + 2X3 - S2 + A1 = 3
-          2X1 + X3 + A2 = 1

Terdapat 3 persamaan dan 7 bilangan tak diketahui, sehingga solusi awal layak harus
memiliki 4 (= 7 – 3) variabel non basis yang sama dengan nol. Jika X1=X2=X3=S2= 0,
maka S1 = 11, A1 = 3 dan A2 = 1. Tetapi ini bukan solusi layak karena artifisial variabel
benilai positif. Sehingga tujuan kita adalah memaksa artifisial variabel menjadi nol
secepat mungkin. Ini dapat dicapai dengan memakai teknik M.

METODE SIMPLEX M (BIG – M)

Pada pendekatan ini, artifisial variabel dalam fungsi tujuan diberi suatu biaya sangat
besar (dalam perhitungan komputer biasanya 3 atau 4 kali besarnya dibanding bilangan
lain dalam model). Dalam praktek, huruf M digunakan sebagai biaya dalam masalah
minimasi dan –M sebagai keuntungan dalam masalah maksimasi dengan asumsi
bahwa M adalah suatu bilangan positif yang besar.
Untuk menjelaskan teknik ini, lihat kembali masalah minimasi diatas. Untuk
mengarahkan artifisial variabel menjadi nol, suatu biaya yang besar ditempatkan pada
A1 dan A2, sehingga fungsi tujuannya menjadi :

Minimumkan Z = - 3X1 + X2 + X3 + 0S1 + 0S2 + MA1 + MA2

Tabel simplex awal dibentuk dengan S1 , A1 dan A2 sebagai variabel basis seperti pada
tabel berikut :



Perhatikan koefisien pada persamaan Z dalam masalah minimasi lebih mudah
diperoleh dengan menggunakan Inner Product Rule. Aturan ini juga berlaku untuk
masalah maksimasi dan akan banyak bermanfaat dalam analisa sensitivitas. Inner
Product Rule itu adalah :

Cj = (v)(vj) – cj, dimana

keterangan :
Cj : koefisien variabel j pada persamaan Z
v : vektor baris koefisien fungsi tujuan variabel basis
vj : vektor kolom elemen dibawah variabel j
cj : koefisien variabel j pada fungsi tujuan





Kemudian perhitungan simplex dapat dimulai dengan penerapan optimality dan
feasibility conditian pada tabel awal menghasilkan X3 sebagai entering variabel karena
memiliki nilai positif yang paling besar dan A2 sebagai leaving variabel karena memiliki
rasio positif paling kecil.





Dengan menggunakan cara yang sama pada masalah maksimasi maka perlu dihitung
new pivot equation untuk A2, yang selanjutnya dengan memakai metode Gauss
Jordan hitung nilai variabel basis yang lain.




Iterasi pertama belum menghasilkan solusi dasar layak karena A1 masih bernilai positif.
Iterasi berikutnya menunjukkan bahwa X2 sebagai entering varabel dan A1 sebagai
leaving variabel.




Sekarang X2 dan X3 telah menjadi nol pada koefisien fungsi tujuan, sehingga iterasi
kedua merupakan solusi dasar layak, tetapi ini bukan solusi optimal karena X1 masih
bernilai positif yang dapat memperbaiki fungsi tujuan jika menggantikan S1 sebagai
basis.